Thursday, April 20, 2017

Langkah strategis membagun kerukunan

Thursday, April 20, 2017 0 Comments

Begitu banyaknnya konflik yang terjadi membuat kita mencari solusi untuk menciptakan kerukunan.Bagaimana langkah-langkah strategis yang harus kita lakukan ketika terjadi konflik untuk membangun kerukunan.
Berikut ini saya paparkan berberapa elemen-elemen yang berperan dalam mewujudkan kerukunan. Happy reading
1.      peran pemerintah
Dalam proses menciptakan kerukunan kita membutuhkan elemen-elemen yang penting untuk pencapaian kerukunan . kerukunan merupakan tanggung jawab bagi semua pihak, namun pihak yang memiliki kekuatan imperatif adalah pemerintah.
Pemerintah memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan kerukunan. Tugas pemerintah dalam menciptakan keharmonisan hidup yang plural adalah upaya konstusional dan politik.
2.      Komunikasi intensif
Komunikasi intensif dapat dilakukan melalui keterbukaan pernyataan. Dalam keterbukaan pernyataan mengandung sisi positif dan negative.  Dalam sebuah dialog kita harus membunyai landasan dimana kita menyadari bahwa diri kita belum sempurna dalam ilmu pengetahuan dan penghayatan tentang sesuatu sehingga dialog akan mendapatkan hasil yang maksimal
3.      Meningkatkan SDM umat beragama
Kualitas SDM umat beragama menjadi slah satu parameter dalam meningkatkan kemajuan kehidupan dari berbagai aspek. Manusia yang berkualitas menjadi asset penting dalam membagun kehidupan yang lebih baik. Dalam pelaksanaan meningkatkan SDM pendidikan lah yang paling berperan dlam hal ini.
4.      Tokoh agama
Tokoh agama memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun kerukunan. Kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia umumnya memiliki pola relasi patron-client. Dimana mereka mempercayai apa yang dikatakan oleh patron yang terepresentasikan sebagai tokoh agama. Kerukunan antar umat beragama sangat membutuhkan peranan dari tokohnya sehingga seharusnya tokoh agama mampu menjalankan perannya secara efektif
5.      Menggali watak islam toleran
Islam di Indonesia memiliki karakteristik khas yang berbeda dengan islam arab. Interaksi dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia menjadikan islam Indonesia tidak banyak diwarnai dengan budaya arab. Sehingga watak islam Indonesia yang toleran dengan budaya-budaya disekitarnya mampu menciptakan kerukunan




sisi positif konflik

Thursday, April 20, 2017 1 Comments

Di era modern ini banyak sekali konflik yang terjadi. Konflik pun bermacam-macam dan berevolusi tiap zamannya, namun kita harus mampu mengelola konflik-konflik tersebut agar menjadi sesuatu yang bermakna. Kali ini saya akan mengajak kalian bagaimana menilai sisi positif konflik
Banyak sekali kajian tentang konflik. Ilmu sosiologi sendiri memasukkan konflik sebagai bagian dari proses social yang disosiatif. Menurut siti norma , konflik adalah suatu proses social yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuknya yang ekstrim, konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup atau eksistensi ( jadi bersifat defensive ),akan tetapi juga bertujuan sampai ke taraf pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lainyang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Kita bisa lihat dari konflik yang ada saat ini bahwa banyak sekali kelompok-kelompok yang berseteru dimana mereka saling bertujuan untuk menjatuhkan sehingga eksistensi kelompok yang menang akan semakin gemilang. Ketika konflik sudah terjadi maka hal yang harus kita lakukan yaitu menyelesaikan konflik itu karena konflik tidak memberikan manfaat sedikitpun, selain itu juga harus dilakukan pencarian dimensi-dimensi positif  dari konflik yang telah terjadi.
Konflik bisa terjadi dimana pun dan kapan pun, tidak mengenal tempat . konflik bisa terjadi dari berbagai level dari keluarga hingga negara. Berberapa penyebab konflik yaitu kemiskinan , represi negara , ego kelompok , ketidakmampuan masyarakat menyikapi masalah  dan yang terakhir globalisasi.
Dalam proses ikhtiar untuk penyelesaian konflik kita bisa memberikan penawaran menarik untuk penyelesaian suatu malasah yaitu
1.      kesejahteraan masyarakat, solusi ini merupakan antitesis dari penyelesaian masalah kemiskinan
2.      reorientasi peran negara , solusi ini merupakan antithesis dari permasalahan represi negara
3.      membangun kesadaran keragaman dalam berkelompok sehingga bisa menanggulangi permasalah ke-egoan dalam kelompok
4.      pemberdayaan masyarakat sebagai solusi permasalahan ketidakmampuan masyarakat dalam menyikapi masalah
5.      respon kreatif-positif sebagai solusi permasalahan arus globalisasi yang sedang terjadi.

Lewis Coser  menyatakan bahwa ada aspek positif yang dapat kita petik dari sebuah konflik yang terjadi. Ada 3 aspek positif yang dapat diambil. Pertama , situasi konflik akan meningkatkan kohesi internal dari kelompok-kelompok terkait. Kedua , situasi konflik mampu menciptakan atau mempertahankan keseimbangan antar kelompok . ketiga mampu menciptakan asosiasi-asosiasi dan koalisi-koalisi baru.


Siti norma juga menyatakan bahwa sekalipun sering berlangsung dengan keras dan tajam,proses konflik sering mempunyai akibat-akibat positif bagi masyarakat. Konflik yang terjadi dalam diskusi misalnya jelas akan unggul , sedangkan pikiran-pikiran yang kurang terkaji secara benar akan tersisih.




Tuesday, April 18, 2017

Belajar toleransi kepada Cak Nur

Tuesday, April 18, 2017 2 Comments
Belajar toleransi kepada c
Di zaman modernitas ini banyak sekali permasalahan-permasalahan yang timbul dikarenakan kurangnya toleransi antar suku , agama maupun kewarganegaraan. Dalam lingkup agama saja misalnya toleransi agama jarang sekali mampu dilakukan , jarang sekali adanya diskusi antar agama dalam hal kecil saling bertegur sapa pun masih enggan, seakan ada sekat yang membatasi. Parahnya lagi di krisis religiositas ini bahkan bisa saja dalam suatu agama yang sama masih saja banyak permasalahan toleransi di karenakan perbedaan ideology ataupun lainnya.
Kali ini saya akan mengajak kalian belajar toleransi kepada Cak Nur.
Menurut Muhammad Ali dalam bukunya yang berjudul Teologi Pluralis-Multikultural : menghargai kemajemukan, menjalin kebersamaan Toleransi berarti sikap membolehkan atau membiarkan ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap ataupun gaya hidup yang berbeda dengan pendapat, sikap dan gaya hidup sendiri. Sikap toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda , tetapi juga harus dilakukan dalam aspek yang luas , termasuk aspek ideology dan politik yang berbeda. Wacana toleransi biasanya  ditemukan dalam etika perbedaan pendapat dan dalam perbandingan agama. Salah satu etika berbeda pendapat menyebutkan bahwa tidak memaksakan kehendak dalam bentuk dan cara-cara yang merugikan pihak lain.
Hal diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa toleransi harus dimaknai secara luas tidak hanya dalam segi agama atau teologi. Dalam kehidupan sehari-harus harus mampu kita laksanakan kepada mereka yang mungki berbeda pemikiran,pendapat ataupun gaya hidup sehingga kita tidak terlalu memaksakan kehendak kita.
Cak Nur menegaskan :
Pada dasarnya toleransi merupakan persoalan ajaran kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang “enak” antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari pelaksanaan suatu ajaran yang benar. Hikmah atau manfaat itu adalah sekunder nilainya . sedangkan yang primer adalah ajaran yang benar itu. Maka sebagai yang primer , toleransi harus kita laksanakan dan wujudkan dalam masyarakat, sekalipun untuk kelompok tertentu- bisa jadi untuk diri kita sendiri- pelaksanaan toleransi secara konsekuen itu mungkin tidak menghasilkan sesuatu yang “enak”.
Bagi cak nur melaksanakan toleransi merupakan manifestasi dari ajaran agama yang benar. Menurut analisis Cak Nur dalam bukunya yang berjudul islam agama peradaban membangun makna dan doktrin islam sejarah , salah satu ajaran agama islam yang sangat mendasar adalah tanggung jawab pribadi manusia kelak dihadapan Tuhan. Segi konsekuensi dari ajaran ini bahwa setiap orang berhak untuk memilih jalan hidupnya dan tindakannya sendiri. Tidak boleh ada paksaan terhadap orang lain. Bahkan , agama pun tidak boleh dipaksakan kehendaknya. Hak asasi ini kemudian bercabang menjadi berbagai hak yang tidak boleh di ingkari, diantaranya hak menyatakan pendapat dan pikiran. Dan , adanya hak setiap orang untuk di dengar menghasilkan adanya kewajiban orang lain untuk mendengar.
Kita bisa belajar dari Cak Nur dalam hal toleransi agar kita bisa menjadi insan yang lebih baik lagi.

Sekian makasih sudah membaca J





Sholawat Asnawiyyah ( Yaa Robbi nawwir qolbana )

Tuesday, April 18, 2017 4 Comments
Assalamualikum sobat blogger
Aku mau share sholawat favorit ku yang sering aku lantunkan bersama teman-teman pondok ku. Sholawatnya namanya Sholawat Asnawiyyah . Sholawat ini sangat menyentuh hati dan buat kalian pecinta Al-Quran harus hafal sholawat ini J
Sholawat Asnawiyyah  adalah Sholawat Karangan dari KH R. Asnawi dari Kudus yang merupakan Waliyullah dan Ulama’ Besar Indonesia pada Tahun 1900an. Beliau dimakamkan di Komplek Pemakaman Wali di Makam Menara Kudus. Sholawat ini diciptakan beliau karena beliau ingin berdo’a dan bermunajah kepada Allah, agar bangsa Indonesia diberi keamanan, dan diselamatkan dari penjajahan, serta diberi cahaya Quran dan yang hatinya sedang gelap, diterangi oleh Cahaya Qur’an dan ditetapkan Imannya ( pecinta sholawat )


Yaa Robbi nawwir qolbana
Bi nuuri qur’aanin jalla
Tsabit bihi iimananaa
Dunia waukhron kamila

Warzuq bifahmil anbiyaa
Lanaa wa ayya mantalaa
Waftah lanaa bidarsin aw
Qiroatin turottalaa

Yaa Allah sinari hati kami
Dengan cahaya Qur’an yang tinggi
Tetapkanlah iman kami
Dunia dan akhirat kami

Beri kami kefahaman nabi
Membacanya setiap hari
Mudahkanlah belajar kami
Serta tartil bacaan kami




Friday, April 14, 2017

SERANGGA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Friday, April 14, 2017 2 Comments
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuham mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan (tidak mau memahami petunjuk-petunjuk) Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Begitulah Allah memwahyukan ayat 26 Surat Al-Baqarah kepada tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Beberapa perumpamaan adalah tiga binatang kecil yaitu Lebah, Semut dan Labah-labah yang masing-masing menjadi surat dalam Al-Qur'an. Kita sebagai ciptaanNya dikaruniai petunjuk dengan tanda-tanda perilaku ketiga binatang tersebut. Bukankah kita diberi akal yang merupakan nilai lebih dibandingkan binatang.
Serangga didapati berbagai habitat di bumi ini, banyak serangga yang memiliki habitat dekat dengan habitat manusia, hewan lainnya, maupun habitat tumbuhan. Serangga mempunyai banyak kepentingan secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan manusia di bumi ini. Adanya kepentingan tersebut antara serangga dan manusia, ternyata telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, seperti terdapat pada surat an-Nahl: 68-69, an-Naml: 18, Al – Baqarah: 26, dan sebagainya.
Allah telah menuliskan beberapa perumpamaan pada jenis serangga contohnya adalah nyamuk.  Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuham mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan (tidak mau memahami petunjuk-petunjuk) Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Begitulah Allah memwahyukan ayat 26 Surat Al-Baqarah kepada tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Berdasarkan uraiuan diatas untuk mengetauhi lebih lanjut mengenai macam – macam serangga yang terdapat dalam Al-Quran secara lebih rinci, maka dibuatlah makalah ini. Selain itu, diketahui pula fungsi dan peranan serangga terhadap tanah dan tumbuhan.

1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apasaja macam – macam serangga dalam Al – Qur’an?
2.      Bagaimana peranan serangga bagi tanah dan tumbuhan?

1.3. Tujuan
Tujuan yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui macam – macam serangga dalam Al – Qur’an.
2.    Mengetahui peranan serangga bagi tanah dan tumbuhan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Macam – Macam Serangga dalam Al-Qur’an serta Peranan bagi Tanah dan Tumbuhan
Serangga merupakan suatu misteri penciptaan yang luar biasa.Serangga mempunyai jumlah terbesar dari seluruh spesies yang ada di bumi ini.Mempunyai berbagai macam peranan dan keberadaannya ada dimana- mana, sehingga menjadikan serangga sangat penting di ekosistem dan kehidupan manusia.
Dari 1,82 juta spesies tumbuhan dan hewan yang telah diidentifikasi serangga merupakan kelompok yang paling besar, yaitu mencapai 60% dari spesies tersebut atau lebih kurang ada 950.000 spesies serangga jumlah seluruh serangga baik yang sudah diidentifikasi maupun yang belum sangat sulit untuk diketahui secara pasti. Menurut perkiraan pada tahun 1992 jumlah serangga berkisar antara 5 sampai10 juta spesies
a. Lebah (Qs. An- Nahl :68-69)
Artinya: Dan Tuhamu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohonkayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.

Lebah  madu sudah digunakan secara meluas sebagai polinator dan  merupakan bagian integral dari budidaya tanaman secara intensif. Selanjutnya dikatakan bahwa lebah madu mempunyai fungsi penting sebagai serangga pembantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman  yang tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman  budidaya. Bagi tanaman tersebut diperlukan agen sebagai pembantu penyerbukan dan lebah madu merupakan serangga yang berpotensi melakukan kerja tersebut disamping angin. Potensi ini dapat dimanfaatkan dengan meletakkan koloni lebah madu pada areal tanaman budidaya yang daya  serbuknya rendah.
Lebah yang berada di areal tanaman hortikultura mendatangi bunga-bunga untuk mendapatkan pakan. Perpindahan lebah dari satu bunga ke bunga yang lain mempercepat proses polinasi. Hal ini dikarenakan, ada serbuk sari bunga yang menempel pada rambut kaki dan badan lebah. Lebah dikatakan polinator karena telah menyebabkan mekanisme transfer polen dari anther menuju stigma pada bunga. Ada beberapa bunga yang dihinggapi oleh lebah, dan terbantu proses penyerbukannya karena lebah. Berikut ini adalah beberapa jenis bunga tersebut yaitu bunga matahari, bunga dandelion, bunga lavender, bunga Kaliandra, bunga Zinnias, bunga Yarro, bunga Snapdragon, Black Eyed Susan, dan bunga Aster.
b. Lalat (Qs. Al- Hajj:73)
Artinya: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah ( pulalah ) yang disembah”.

Lalat merupakan hewan pengurai yang dapat mengurai limbah rumah tangga, ini sangat penting untuk mengurangi sampah bumi. Sekelompok peneliti dari Universitas Alicante Spanyol, mengadakan penelitian yang membuktikan larva lalat dapat mengurai tinja atau kotoran dari hewan dan Manusia. Artinya larva dari lalat ini dapat dimanfaatkan mengurangi jumlah limbah biologis dimuka bumi. Lalat juga dapat mengurai jasad yang telah mati sehingga mudah menyatu dengan tanah.
Lalat juga dapat digunakan sebagai hewan penyerbuk pada bunga Raflessia arnoldi. Bau busuk dari Rafflesia arnoldi akan menarik berbagai jenis serangga terutama lalat. Lalat ini akan hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain. Lalat penyerbuk pada tumbuhan ini adalah Lucilia sp (lalat hijau) dan Sarchopaga (lalat abu-abu). Jika bunga betina dapat diserbuki maka akan dihasilkan buah yang berisi lebih dari 100 biji. Bunga jantan dan bunga betina akan sulit dibedakan apabila kita lihat dari luar karena kedua-duanya berwarna merah kecoklat-coklatan dengan bintik-bintik putih.
c.  Nyamuk (Qs. Al- Baqarah: 26)
Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? “. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang tang fasik’.

Nyamuk dalam bentuk larva dapat menghasilkan substansial biomassa mulai dari ekosistem perairan, kolam-kolam hingga kepada genangan air di ban bekas. Larva-larva ini memakan daun-daun busuk, detritus organik dan mikroorganisme. Selain itu, Larva nyamuk juga menghasilkan zat nitrogen yang bermanfaat bagi tanaman. Beberapa spesies nyamuk berperan dalam penyerbukan tanaman tropis seperti coklat (dilakukan oleh spesies-spesies nyamuk dari keluarga ceratopogonids), hilangnya species ini bisa mengakibatkan proses penyerbukan dan penyebaran tanaman coklat secara alami terhambat.
d. Rayap (Qs. Saba’: 14)
Artinya: Maka katakanlah Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang telah memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah bahwa jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.

Rayap hidup ditempat yang temperaturnya hantat serta karakteristik tanahnya subur, sehingga di Indonesia memiliki banyak koloni rayap karena temperatur udara berkisar antara 25-29 derajat celcius dan kelembaban 84-98 %. Tempat hidup rayap pada tanah yang subur dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan pada tanah.
e. Semut (Qs. An- Naml : 18)
Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut Hai semut-semut, masuklah kedalam sarangan-saranganmu, agar kamu tiak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari “.

Semut dan berbagai tanaman menunjukkan hubungan timbal balik yang besar. Semut tidak hanya memberi pupuk tanaman dengan nutrisi penting, tetapi kadang-kadang juga berfungsi sebagai penyerbuk. Sementara bahan organik bergerak dari satu tempat ke tempat lain, semut memindahkan bibit dari dekat tanaman induk ke tanah baru. Sekitar 50% dari tanaman herba bergantung pada semut untuk membantu penyebaran benih. Pada gilirannya, tanaman menyediakan situs perlindungan, makanan dan sarang bagi semut. Banyak tanaman Myrmecophyte yang memberikan rongga di mana semut dapat sarang.
Serangga jenis semut juga digunakan untuk mengusir hama pada tanaman jeruk. Di perkebunan kopi di Lampung, juga ditemukan koloni semut ini bersarang di daun-daun kopi. Ternyata, pada tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak ditempati semut Rangrang, sehingga produksi kopi dapat mengalami peningkatan. Selain itu, para pakar serangga di Ghana telah menggunakan jenis semut Rangrang Afrika (Oecophylla longinoda) untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi dua macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini dikenal sebagai “biological control” dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian.
f. Belalang dan Kutu (Qs. Al- A’raf: 133)
ArtinyaMaka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

Belalang dan kutu merupakan jenis serangga yang mempunyai peran sebagai musuh alami dari hama dan gulma pengganggu tanaman. Dimana belalang berfungsi untuk memakan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat berkompetisi dengan tanaman yang sedang dibudidayakan dalam hal penyerapan unsur-unsur hara baik makro maupun mikro. Sedangkan untuk kutu sendiri mempunyai fungsi untuk memakan hama yang dapat merusak daun pada tanaman. Hal tersebut juga berhubungan dengan peran tanah sebagai penyedia bahan organic bagi tanaman. Apabila gulma telah habis dimakan oleh belalang, secara otomatis unsur-unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman akan mudah terserap tanpa ada persaingan.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
1.      Serangga yang terdapat dalam Al – Qur’an diantaranya adalah semut, lebah, lalat, nyamuk, rayap, belalang, dan kutu.
2.      Serangga dalam tanah dapat digunakan sebagai pengurai contohnya larva lalat, sedangkan serangga yang dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah adalah serangga jenis rayap, serta terdapat serangga yang dapat digunakan sebagai alat polinator adalah serangga golongan lalat, nyamuk, dan lebah.



DAFTAR PUSTAKA

Brown, M.W. & S.S. Miller. 1998. Coccinellidae (Coleoptera) in Apple Orchards of Estern West Virginia and The Impact of Invasion by Harmonia axyridisEntomological News. 109 : 13 – 142
Hadi, Mochmad. 2009. Biologi Isecta Entomologi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Liferdi, L. 2008. Lebah Polinator Utama untuk Tanaman Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Iptek Hortkultura
Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya
Sugir, Nawangsari. 1973. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga

 MAKALAH

“SERANGGA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”
Disusun untuk Memenuhi Ujian Komprehensif Bidang Agama

Dosen Penguji : Dr. Ahmad Barizi, M.A


Disusun oleh :
Leni setyowati                (13620015)




 









JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017


KATA PENGANTAR


            Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat limpahan nikmat-NYA sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, karena beliaulah satu-satunya nabi yang membawa umat manusia dari zaman jahiliah menuju ke zaman islamiah.
            Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas ujian komprehensif bidang agama. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi mahasiswa terutama sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat memberi kemudahan bagi mahasiswa terkait dengan pembelajaran tersebut. Selain itu kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini menjadikan kami sebagai mahasiswa yang lebih kreatif dan lebih inovatif kedepannya.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Serangga dalam Perspektif Al-Qur’an”, kami akan memberikan pemaparan mengenai hal tersebut secara lebih dalam. Makalah ini terbagi dalam tiga bagian besar. Pertama, bagian pendahuluan yang menjadi pengantar sekaligus pemaparan keseluruhan arah dari makalah ini. Kedua, bagian pembahasan atau isi. Ketiga, bagian penutup yang akan menyimpulkan secara singkat, padat, dan jelas keseluruhan tulisan ini.
Demikian pengantar dari kami, kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk makalah ini. Untuk perbaikan makalah kami kedepannya, karena makalah ini sangatlah banyak kekurangan. Terimakasih.


                                                                                                Malang, 12 April 2017
     

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Macam-Macam Serangga dalam Al-Qur’an serta Peranan bagi Tanah dan Tumbuhan  3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 9