Saturday, December 13, 2014

manfaat siwak dalam bidang ilmu fiqh dan biologi

Saturday, December 13, 2014 0 Comments


Manfaat Siwak Prespektif Bidang Ilmu Fiqh dan Biologi Kesehatan

http://www.thohiriyyah.com/wp-content/uploads/2012/03/Kayu-Siwak.jpg

Ø  Sejarah siwak
Penggunaan  alat-alat  kebersihan  mulut  telah  dimulai semenjak  berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam  seiring  dengan  perkembangan  sosial,  teknologi dan  budaya.  Beraneka ragam  peralatan  sederhana  dipergunakan  untuk  membersihkan  mulut  mereka dari  sisa-sisa  makanan,  mulai  dari  tusuk  gigi,  batang kayu,  ranting  pohon, kain, bulu  burung,  tulang  hewan  hingga  duri  landak.  Diantara  peralatan  tradisional yang  mereka  gunakan  dalam  membersihkan  mulut  dan  gigi  adalah  kayu  siwak atau  chewing  stick.  Kayu  ini  walaupun  tradisional,  merupakan  langkah  pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.
Ø  Deskripsi
Siwak adalah nama untuk dahan atau akar pohon yang digunakan untuk bersiwak. Oleh karena itu semua dahan atau akar pohon apa saja boleh digunakan untuk bersiwak jika memenuhi persyaratannya, yaitu lembut, sehingga batang atau akar kayu yang keras tidak boleh digunakan untuk bersiwak karena bisa merusak gusi dan email gigi; bisa membersihkan dan berserat serta bersifat basah, sehingga akar atau batang yang tidak ada seratnya tidak bisa digunakan untuk bersiwak; seratnya tersebut tidak berjatuhan ketika digunakan untuk bersiwak sehingga bisa mengotori mulut (Alsirhan, 2002).
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas (Alsirhan, 2002).
Ø  Kandungan dan Manfaat  Siwak
Berdasarkan ilmu bidang ilmu biologi kesehatan Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi (Al-Lafi dan Ababneh, 1995) :
·      Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut .
·      Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
·      Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
·      Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
·      Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnu Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain (Qoyyim, Ibnu:1997) :
Ø  Membersihkan mulut
Ø  Membersihkan gusi
Ø  Mencegah pendarahan
Ø  Menguatkan penglihatan
Ø  Mencegah gigi berlubang
Ø  Menyehatkan pencernaan
Ø  Menjernihkan suara
Ø  Membantu pencernaan makanan
Ø  Memperlancar saluran nafas (bicara)
Ø  Menggiatkan bacaan
Ø  Menahan tidur
Ø  Meridhokan Allah Ta’ala
Ø  Dikagumi malaikat
Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya (Alsirhan, 2002).
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi ( Bustomi, 2005 ).
Siwak akan menghilangkan energi negatif dari perkataan kita, dari mulut kita. Ada 32 buah gigi didalam mulut kita, 16 memiliki energi positif dan 16 lainnya negatif, ketika kita bersiwak maka enegri negatif dibuang, seperti halnya arde dalam stop kontak atau alat elektronik, arde tersebut menyalurkan energi kedalam tanah, maka disebut dengan pentanahan ( Bustomi, 2005 ).
Fungsi siwak, tongkat untuk berjalan hampir sama dengan pentanahan yang menyalurkan energi negatif, dimana akan membersihkan racun tubuh dengan pentanahan, maka disunahkan juga untuk memakai tongkat. Para pembicara, ustad, penceramah sebaiknya menggunakan siwak sebelum berbiacra, karena menghilangakn enerji negatif dan panasnya kata-kata bagi yang mendengarkannya (Bustomi, 2005 ).
Dalam berbagai penilitian bahkan sikat gigi merupakan salah satu benda yang berbahaya bagi kesehatan karena dihuni begitu banyak bakteri. Apalagi bila diletakan dikamar mandi dan berdekatan dengan toilet karena ketika kita menyiram dengan flush maka bertebaran ribuan bakteri tersebut yang hinggap ditempat yang lenmbab antara sikat gigi. Maka memakai sikat gigi harus sering diganti minimal setiap 3 bulan sekali sementara siwak memilki sifat anti bakteri (Rayhan, 2007).
Siwak bukan hanya bermanfaat secara spiritual, tetapi juga berguna untuk menjaga kesehatan. Para ilmuwan Amerika baru-baru ini menemukan efek menakjubkan siwak terhadap mulut: dalam satu kali penggunaan, siwak membunuh 80% bakteri. Siwak mencegah caries (gigi berlubang), menguatkan gusi, dan efeknya bertahan hingga hampir 48 jam. Tunisia dan negara-negara lainnya sudah mulai memproduksi pasta gigi berbahan dasar siwak ( Rayhan, 2007).
Penelitian ilmiah modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker.” ( Rayhan, 2007).
Selain efek-efek higienis, siwak juga menstimulasi BAS (Biologically Active Spots = Titik Aktif Biologis) yang terletak di antara gigi dan gusi. Titik-titik ini mengatur enam organ (telinga, mata, hidung, lidah, dan oesophagus (saluran makanan dari mulut ke perut), tiga pasang cells (wedge shaped, rahang atas, ethmoid), sinus, sendi temporal rahang bawah, dan 28 saraf tulang belakang yang mengatur fungsi-fungsi secara praktis semua organ, otot, dans endi pada ekstremitas atas dan bawah ( Rayhan, 2007).
Titik-titik yang sama mengatur fungsi sejumlah organ seperti empedu dan kantong empedu, liver, ginjal, perut, pancreas, limpa, paru-paru, jantung, usus besar dan usus kecil (Rayhan, 2007).
Terpijitnya BAS pada mulut oleh siwak akan meredakan rasa sakit dan menurunkan ketegangan otot-otot neurorefleks yang disebabkan oleh osteochondros (sejenis penyakit tulang). Penggunaan siwak secara teratur, selain mencegah penyakit, ia juga mengatur perkembangan 70 BAS dan membantu pikiran kita agar jernih. Dengan demikian, sebatang siwak yang digunakan dengan penuh keimanan dapat menggantikan peran dokter spesialis (Rayhan, 2007).
Berdasarkan bidang ilmu fiqh,Tumbuhan yang mempunyai nama latin Salvadora persica ini, telah berabad- abad yang lalu di sebutkan namanya dalam hadist mulia oleh Rasulullah Muhammad Sallallahu alaihi wassalam. Beliau sendiri pun, juga terbiasa membersihkan giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur, seperti di riwayatkan oleh Aisyah radiyahallohu ‘anha, ”Kami biasa menyiapkan sebuah siwak dan air untuk wudhu bagi Rasulullah sallallahu alaihi wassalam kapan pun Allah menghendaki beliau bangun dari tidur malam, beliau akan membersihkan giginya dengan siwak, mengambil wudhu, dan lalu mendirikan shalat”. (HR Muslim).
Anjuran untuk bersiwak atau menggunakan miswak, siwak ataua kayu sugi juga termaktub dalam al Qur’an Surat ke 34 ayat 16 yang berbunyi seperti dibawah ini:
 http://quran.bacalah.net/res/images/34/34_16.GIF

Artinya: “Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr”.
TAFSIR
Namun, mereka berpaling, sebab itu Kami Mengirimkan banjir besar kepada mereka, dan Kami Gantikan kedua kebun mereka itu dengan dua kebun (yang ditumbuhi pepohonan) yang berbuah pahit, pohon atsl, dan sedikit dari pohon sidr.
Fa a‘radlū
(namun, mereka berpaling), yakni tidak beriman, tidak merespons para rasul, dan tidak mensyukuri nikmat tersebut.
Fa arsalnā
(sebab itu Kami Mengirimkan), yakni Kami Memerintahkan. ‘Alaihim sailal ‘arimi (banjir besar kepada mereka), yakni banjir yang membinasakan, hingga rusaklah semua kebun, rumah, dan harta benda yang mereka miliki. Al-‘arim adalah sebuah lembah yang terdapat di Yaman, yang juga suka disebut wādisy syajar (lembah pepohonan). Di lembah itu terdapat saringan yang menahan aliran air. Pada saringan itu terdapat tiga pintu yang bersusun. Maka Allah Ta‘ala Menghancurkan saringan itu serta membinasakan mereka dengan air tersebut.
Wa baddalnāhum bi jannataihim (dan Kami Gantikan kedua kebun mereka itu), yakni kedua kebun yang telah Kami Binasakan itu.
Jannataini dzawātai ukulin khamthin
Dengan dua kebun [yang ditumbuhi pepohonan] yang berbuah pahit), yakni buah-buahan yang rasanya pahit.
Wa atsliw wa syai-im miη sidring qalīl
Pohon atsl dan sedikit dari pohon sidr), yakni sejenis pohon yang berbuah sedikit tapi berduri banyak.























Daftar Pustaka
Al-Lafidan  Ababneh. 1995. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara
Alsirhan . 2002. Obat Asli  Indonesia . Jakarta : Dian Rakyat
Bustomi. 2005. Anatomi  Tumbuhan. Bandung : Widya Kusuma            
Katsir, Ibnu. 2000. Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Qoyyim, Ibnu. 1997. Kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi). Surabaya: Pustaka Media
Rayhan. 2007. Flora. Jakarta :  Pradya Paramitha